JamaahJumah ingkang minulyo Sumonggo kanti khutbah jumat meniko, kito sesarengan saling menghormati, saling menghargai perbedaan lan keragaman, sehinggo kito saget urip tentrem, ayem lan rukun ingkang bade ngantaraken kito sedoyo selamet dunya lan akherat. Amin 3x yarabbal'alamin
Naskah khutbah Jumat kali ini mengingatkan kita tentang pentingnya saling tolong menolong kepada sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, kita tentu membutuhkan hidup yang harmonis dengan orang lain. Dengan membantu orang lain sama saja dengan membantu dan memudahkan urusan diri sendiri karena suatu saat nanti kita pun tentu akan membutuhkan pertolongan dari orang lain juga. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Mari Mudahkan Urusan Orang Lain". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب . وَقَالَ فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا Maasyiral Muslimin Rahimakumullah, Pada kesempatan mulia ini mari kita terus meningkatkan dan meneguhkan ketakwaan kita pada Allah SWT. Takwa inilah yang akan membedakan kemuliaan seseorang di sisi Allah SWT dibandingkan dengan orang lain. Sebagaimana ditegaskan dalam QS Al Hujurat ayat 13 اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ Artinya “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” Maasyiral Muslimin Rahimakumullah, Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam setiap aktivitas kehidupan, manusia selalu membutuhkan orang lain. Oleh karenanya, diperlukan kehidupan yang harmonis dengan saling membantu dan memudahkan urusan orang lain. Ketika kita bisa menjadi jiwa yang baik dan mampu memberi jalan kemudahan bagi kesulitan orang lain, maka Allah pun akan memberikan balasan berupa kemudahan pada kesulitan yang kita hadapi baik di dunia maupun di akhirat. Seperti ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ Artinya “Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat." Oleh karena itu, mari hindari berprilaku buruk dengan mempersulit orang lain melalui berbagai macam alasan yang direkayasa sedemikian rupa. Apalagi kita memanfaatkan kesulitan yang dihadapi orang lain untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri, terlebih hal itu melanggar ketentuan dan syariat yang telah ditetapkan oleh agama. Mari berikan hak-hak yang memang itu menjadi milik orang lain dengan menjauhi sikap senang mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak kita. Selayaknya, kita harus menjadi orang-orang yang mampu memberi manfaat pada orang lain, bukan orang yang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan kita. Nabi Muhammad SAW bersabda خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ Artinya “Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama.” Terkait dengan saling menolong ini, Allah SWT telah mengingatkan kepada kita untuk saling membantu hanya dalam hal kebaikan dan bisa meningkatkan ketakwaan kita pada Allah SWT. Kita dilarang untuk saling membantu dalam hal keburukan dan kejahatan seperti manipulasi dan konspirasi yang menghantarkan kita kepada dosa. Oleh karenanya, ketika ada orang lain yang memiliki keperluan dengan kita, maka bantulah dengan tidak menyulitkannya dan gunakan cara-cara yang baik. Mari budayakan membantu masalah yang dihadapi orang lain dengan prinsip “Kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit”. Jangan sebaliknya yakni “Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah”. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah, Kesulitan dan masalah dalam kehidupan di dunia ini merupakan sunnatullah yang bakal dihadapi setiap orang. Masalah yang kita hadapi tak boleh mematahkan semangat hidup kita. Allah SWT telah menegaskan bahwa Ia tidak akan memberikan beban berat pada manusia, kecuali manusia itu bisa menyelesaikannya. Dengan menyelesaikan masalah yang dihadapi, kita akan menemukan pelajaran atau hikmah yang bisa kita gunakan untuk menghadapi masalah-masalah yang pasti akan kita temui di masa depan. Janganlah lari dari masalah karena bisa jadi kita akan menghadapi masalah yang lebih besar lagi. Mari kita berikhtiar menyelesaikan masalah dan selanjutnya bertawakkal pada Allah SWT. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk tidak terbebani oleh masalah yang kita hadapi, namun kita diberi cara untuk menyelesaikan masalah itu. Allah SWT telah memberikan penegasan dalam Al-Qur’an surat Al-Insyirah ayat 5-6 فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا Artinya “ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Mari kita amalkan doa Nabi yang termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas عن أنس بن مالك قال كان النبي صلى الله عليه وسلّم يقول اللّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ, والعَجْزِ وَاْلكَسَلِ، وَالجُبْنِ وَالبُخْلِ، وضَلْعِ الدَّينِ, وغَلَبةِ الرِّجَال. Artinya “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat gelisah pesimis, sedih, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang, dan keganasan orang lain." Maasyiral Muslimin Rahimakumullah, Demikian khutbah singkat kali ini, semoga kita diberikan kekuatan untuk menjadi orang baik yang senantiasa suka membantu orang lain. Dan semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat menghadapi berbagai masalah yang kita hadapi dalam kehidupan di dunia ini. Mudah-mudahan bermanfaat. Amin بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ . اللَّهُمَّ إِنِّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَ مِن سَيِّئِ الأَسْقَامِ. إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ H. Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung
Berikutini teks khutbah Jumat singkat di bawah 1.000 kata. Tema yang dimuat dalam teks adalah tentang Al-Quran untuk Kerukunan Manusia Baca Juga Naskah Khutbah Jumat: Perintah Saling Menghargai dan Menghormati. Kata qala dengan segala bentuk derivasinya; qaalu, yaqulu, qul, qulu, yaquluna, dan lainnya seperti: al-ḥiwār, al-jidāl, dan
Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak buat mengingat kembali perihal pentingnya sikap saling menghargai ini diharapkan kita semua dapat menghargai perbedaan satu sama lain. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi اَلْØÙŽÙ…ْد٠للهÙ.اَلْØÙŽÙ…ْد٠لله٠الÙَذÙيْ جَعَلَنَا Ø´ÙØ¹Ùوْبًا ÙˆÙَقَبَائÙÙ„ÙŽ. أَشْهَد٠اَنْ لَا اÙلٰهَ اÙÙ„Ùَا الله٠الْمَوْئÙل٠وَأَشْهَد٠اَنÙÙŽ سَيÙÙØ¯ÙŽÙ†ÙŽØ§ ÙˆÙŽØÙŽØ¨Ùيْبَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الÙَذÙيْ جَاءَ بÙه٠الرÙَسَائÙÙ„Ù. اَللÙٰهÙÙ…ÙÙŽ صَلÙ٠وَسَلÙÙمْ وَبَارÙكْ عَلٰى سَيÙÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَد٠وَعَلٰى اٰلÙÙ‡Ù ÙˆÙŽ اَصْØÙŽØ§Ø¨ÙÙ‡ÙØ§ÙŽØ¬Ù’مَعÙيْنَ. Ø§ÙŽÙ…ÙŽÙØ§ بَعْد٠ÙَيَاأَيÙÙهَا النÙَاس٠أÙوْصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙْسÙيْ Ø¨ÙØªÙŽÙ‚ْوَى الله٠Ùَقَدْ Ùَازَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØªÙÙŽÙ‚Ùوْنَ. قَالَ الله٠تَعَالَى ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’اٰن٠الْعَظÙيْمÙ. أَعÙÙˆÙ’Ø°Ù Ø¨ÙØ§Ù„له٠مÙÙ†ÙŽ الشÙَيْØÙŽØ§Ù†Ù الرÙَجÙÙŠÙ’Ù…Ù Ø¨ÙØ³Ù’م٠الله٠الرÙÙŽØÙ’مٰن٠الرÙÙŽØÙيْمÙوَلَا ØªÙŽØ³ÙØ¨ÙÙوا الÙَذÙيْنَ يَدْعÙوْنَ Ù…Ùنْ دÙوْن٠اللÙٰه٠ÙÙŽÙŠÙŽØ³ÙØ¨ÙÙوا اللÙٰهَ عَدْوًا Û¢ Ø¨ÙØºÙŽÙŠÙ’ر٠عÙلْمÙÛ—  كَذٰلÙÙƒÙŽ زَيÙÙŽÙ†Ùَا Ù„ÙÙƒÙÙ„Ù٠اÙÙ…Ùَة٠عَمَلَهÙمْۖ ØÙÙ…ÙÙŽ اÙلٰى رَبÙÙÙ‡Ùمْ Ù…ÙÙŽØ±Ù’Ø¬ÙØ¹ÙÙ‡Ùمْ ÙÙŽÙŠÙنَبÙÙØ¦ÙÙ‡Ùمْ بÙمَا كَانÙوْا يَعْمَلÙوْنَ. صَدَقَ الله٠الْعَظÙيْمÙ. Jamaah Jumat yg berbahagia, Segala puji milik Allah swt. yg telah menciptakan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan beragam budaya, bahasa, hingga agama. Shalawat dan salam, kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, serta kita semua sebagai umatnya. Di hari yg penuh berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian, juga terhadap khatib sendiri, buat dapat menumbuhkan ketakwaan kita kepada Allah swt, dgn menjauhi segala macam larangan-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya. Sikap saling menghargai di atas berbagai macam perbedaan yg melekat dalam diri masing-masing ialah salah satu perintah-Nya yg harus kita jalankan dgn sepenuh jiwa. Memang, kita diciptakan dgn beragam perbedaan, mulai dari bangsa, suku, bahasa, hingga agama. Perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yg tak dapat kita hindari. Hal ini memang menyimpan potensi konflik yg cukup besar. Karenanya, negeri ini yg sejak dahulu telah sedemikian plural telah diingatkan supaya tetap menjaga keutuhannya dgn sebuah adagium, Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Adagium yg dicetuskan oleh Mpu Tantular dalam bukunya yg berjudul Sutasoma itu diputuskan menjadi salah satu dasar Indonesia sebagai suatu negara. Jamaah Jumat yg berbahagia, Adagium tersebut dapat kita wujudkan dgn sikap penghargaan terhadap siapa saja, sekali pun berbeda dalam banyak hal. Perbedaan suku, misalnya, tak menghalangi kita buat tetap menjalin sinergi. Meskipun berbeda kebangsaan, jangan sampai menjadi penyebab terputusnya kerja sama. Hatta perbedaan agama juga tak boleh dijadikan sebagai alasan buat tak menjalani kehidupan sosial bersama-sama. Apalagi sampai membenci dan mencaci maki atas nama perbedaan itu. Sebab, Allah swt melarang perilaku demikian. Hal tersebut ditegaskan-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 108. وَلَا ØªÙŽØ³ÙØ¨ÙÙوا الÙَذÙيْنَ يَدْعÙوْنَ Ù…Ùنْ دÙوْن٠اللÙٰه٠ÙÙŽÙŠÙŽØ³ÙØ¨ÙÙوا اللÙٰهَ عَدْوًا Û¢ Ø¨ÙØºÙŽÙŠÙ’ر٠عÙلْمÙÛ—  كَذٰلÙÙƒÙŽ زَيÙÙŽÙ†Ùَا Ù„ÙÙƒÙÙ„Ù٠اÙÙ…Ùَة٠عَمَلَهÙمْۖ ØÙÙ…ÙÙŽ اÙلٰى رَبÙÙÙ‡Ùمْ Ù…ÙÙŽØ±Ù’Ø¬ÙØ¹ÙÙ‡Ùمْ ÙÙŽÙŠÙنَبÙÙØ¦ÙÙ‡Ùمْ بÙمَا كَانÙوْا يَعْمَلÙوْنَ Artinya “Janganlah kamu memaki sesembahan yg mereka sembah selain Allah, sebab mereka nanti mau memaki Allah dgn melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia mau memberitahukan kepada mereka apa yg telah mereka Dari ayat tersebut, jelas kita tak boleh buat mencaci maki orang lain hanya sebab berbeda. Berbeda tak berarti kita dibolehkan buat memperlakukan mereka sewenang-wenang. Kita harus tetap menjaga diri pada koridor etika universal. Lagi pula, perilaku demikian itu kontraproduktif. Pencaci pun tak mendapat untung, sedangkan yg dicaci justru tersakiti sebab ucapan-ucapannya. Menyakiti atau membuat orang lain rugi tentu tak dibenarkan di dalam agama. Jamaah Jumat yg Allah swt muliakan Sikap demikian dicontohkan secara langsung oleh Sunan Kudus. Untuk menjaga perasaan saudara-saudara beragama Hindu yg menganggap suci sapi, maka umat Muslim tak berkurban hewan tersebut. Sunan Kudus menggantinya dgn kerbau. Kebijakan ini semata buat menghormati kepercayaan mereka. Dengan begitu, mereka tetap menjalani hidup nyaman berdampingan dgn umat Muslim. Inilah sikap toleran yg harus diteladani betul. Sebab, hal tersebut juga sejalan dgn hadis Rasulullah saw. Ø£ÙŽØÙŽØ¨Ù٠الدÙÙين٠إلى الله الْØÙŽÙ†ÙÙŠÙÙÙŠÙَة٠السÙَمْØÙŽØ©Ù Artinya “Agama yg paling dicintai oleh Allah ialah yg lurus lagi Jamaah Jumat yg berbahagia, Oleh sebab itu, kita harus dapat menghargai segala macam perbedaan yg mewarnai kehidupan kita. Keseragaman justru tak nikmat buat dipandang, sedangkan pelangi indah sebab berwarna-warni, perbedaan umat ialah sebuah rahmat. Dengan sikap demikian, insyaallah kita bakal mendapat banyak keuntungan. Selain kehidupan yg nyaman dan aman, penghargaan atas perbedaan juga dapat mewarnai kebahagiaan hidup kita bersama-sama. Baca Juga Khutbah Jumat Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat بَارَكَ الله٠لÙيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’اٰن٠الْعَظÙيْم٠وَنَÙَعَنÙÙŠ وَاÙÙŠÙَاكÙمْ بÙمَا ÙÙيْه٠مÙÙ†ÙŽ الْاٰيَات٠وَالذÙÙكْر٠الْØÙŽÙƒÙيْم٠وَتَقَبÙÙŽÙ„ÙŽ Ù…ÙÙ†ÙÙيْ ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ تÙلَاوَتَه٠اÙÙ†ÙÙŽÙ‡Ù Ù‡ÙÙˆÙŽ السÙÙŽÙ…Ùيْع٠الْعَلÙيْمÙ. وَأَسْتَغْÙÙØ±Ù اللهَ الْعَظÙيْمَ Ù„Ùيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙØ³ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„Ùمَات٠Ùَيَا Ùَوْزَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’تَغْÙÙØ±Ùيْنَ وَيَا نَجَاةَ التÙÙŽØ§Ø¦ÙØ¨Ùيْنَ Khutbah II اَلْØÙŽÙ…ْد٠لله٠الÙَذÙيْ أَنْعَمَنَا بÙÙ†ÙØ¹Ù’مَة٠الْاÙÙŠÙ’Ù…ÙŽØ§Ù†Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ø§ÙØ³Ù’لَامÙ. وَالصÙَلَاة٠وَالسÙَلَام٠عَلٰى سَيÙÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَد٠ØÙŽÙŠÙ’ر٠الْأَنَامÙ. وَعَلٰى اٰلÙه٠وَأَصْØÙŽØ§Ø¨ÙÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØ±ÙŽØ§Ù…Ù. أَشْهَد٠اَنْ لَا اÙلٰهَ اÙÙ„Ùَا الله٠الْمَلÙÙƒÙ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ¯ÙÙوْس٠السÙَلَام٠وَأَشْهَد٠اَنÙÙŽ سَيÙÙØ¯ÙŽÙ†ÙŽØ§ ÙˆÙŽØÙŽØ¨Ùيْبَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠صَاØÙب٠الشÙَرَÙÙ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ø¥ÙØÙ’ØªÙØ±ÙŽØ§Ù…٠أَمÙَا بَعْدÙ. ÙَيَاأَيÙÙهَا النÙَاس٠أÙوْصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙْسÙيْ Ø¨ÙØªÙŽÙ‚ْوَى الله٠Ùَقَدْ Ùَازَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØªÙÙŽÙ‚Ùوْنَ. Ùَقَالَ الله٠تَعَالَى اÙÙ†ÙÙŽ اللهَ ÙˆÙŽ مَلَائÙÙƒÙŽØªÙŽÙ‡Ù ÙŠÙØµÙŽÙ„ÙÙوْنَ عَلَى النÙَبÙÙŠÙ٠يٰأَيÙÙهَا الÙَذÙيْنَ أٰمَنÙوْا صَلÙÙوْا عَلَيْه٠وَ سَلÙÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اَللÙٰهÙÙ…ÙÙŽ صَلÙ٠وَسَلÙÙمْ عَلٰى سَيÙÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَد٠وَ عَلٰى أٰل٠سَيÙÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَد٠كَمَا صَلÙَيْتَ عَلٰى سَيÙÙØ¯Ùنَا Ø§ÙØ¨Ù’رَاهÙيْمَ وَبَارÙكْ عَلٰى سَيÙÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَد٠وَعَلٰى اٰل٠سَيÙÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ùَد٠كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيÙÙØ¯Ùنَا Ø§ÙØ¨Ù’رَاهÙيْمَ وَعَلٰى اٰل٠سَيÙÙØ¯Ùنَا Ø§ÙØ¨Ù’رَاهÙيْمَ Ùْي الْعَالَمÙيْنَ اÙÙ†ÙÙŽÙƒÙŽ ØÙŽÙ…Ùيْدٌ مَجÙيْدٌ اَللÙٰهÙمَ٠وَارْضَ عَن٠الْØÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرÙÙŽØ§Ø´ÙØ¯Ùيْنَ. وَعَنْ اَصْØÙŽØ§Ø¨Ù نَبÙÙŠÙÙÙƒÙŽ اَجْمَعÙيْنَ. وَالتÙÙŽØ§Ø¨ÙØ¹Ùبْنَ ÙˆÙŽØªÙŽØ§Ø¨ÙØ¹Ù التÙÙŽØ§Ø¨ÙØ¹Ùيْنَ ÙˆÙŽ ØªÙŽØ§Ø¨ÙØ¹ÙÙ‡Ùمْ اÙلٰى يَوْم٠الدÙÙيْنÙ. اَللÙٰهÙمَ٠اغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…ÙŽØ§ØªÙ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙنَاتÙ. اَللÙٰهÙÙ…ÙÙŽ ادْÙَعْ عَنÙَا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالØÙَاعÙوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْÙÙØªÙŽÙ†ÙŽ Ù…ÙŽØ§ لَا يَدْÙَعÙه٠غَيْرÙÙƒÙŽ عَنْ بَلَدÙنَا هٰذَااÙنْدÙوْنÙيْسÙÙŠÙَا ØÙŽØ§ØµÙَةً وَعَنْ Ø³ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù بÙÙ„ÙŽØ§Ø¯Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ عَامÙَةً يَا رَبÙÙŽ الْعَالَمÙيْنَ. رَبÙَنَا اٰتÙنَا ÙÙÙŠ الدÙÙنْيَا ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽ ÙÙÙŠ الْاٰØÙرَة٠ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽ Ù‚Ùنَا عَذَابَ النÙÙŽØ§Ø±Ù Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽ Ø§Ù„Ù„Ù‡Ù Ø§ÙÙ†ÙÙŽ اللهَ ÙŠÙŽØ£Ù’Ù…ÙØ±Ù Ø¨ÙØ§Ù„Ù’Ø¹ÙŽØ¯Ù’Ù„Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ø§ÙØÙ’Ø³ÙŽØ§Ù†Ù ÙˆÙŽÙŠÙŽÙ†Ù’Ù‡ÙŽÙ‰ عَن٠الْÙÙŽØÙ’شَاء٠وَالْمÙنْكَرÙ. ÙŠÙŽØ¹ÙØ¸ÙÙƒÙمْ لَعَلÙÙŽÙƒÙمْ تَذَكÙَرÙوْنَ. ÙÙŽØ§Ø°Ù’ÙƒÙØ±Ùوا اللهَ الْعَظÙيْمَ ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ù’ÙƒÙمْ. ÙˆÙŽ Ø§Ø´Ù’ÙƒÙØ±Ùوْه٠عَلٰى Ù†ÙØ¹ÙŽÙ…ÙÙ‡Ù ÙŠÙŽØ²ÙØ¯Ù’ÙƒÙمْ. وَلَذÙكْر٠الله٠اَكْبَر٠Ustadz Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren Cirebon Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI Uncategorized
Naskahkhutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak untuk mengingat kembali perihal pentingnya sikap saling menghargai perbedaan.Dengan ini diharapkan kita semua dapat
اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَ نَعُوْذُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّأَتِ أَعْمَا لِنَا, مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهِ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ,وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَا بِهِ وَمَنْ وَالَهُ. أَمّاَ بَعْدُ فَيَا عِبَا دَاللهِ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تَقْوَاهُ, لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَpertama marilah kita senantiasa selalu bersyukur kepada Allah Swt, atas semua nikmat yang sudah diberikan kepada kita. Karena dengan nikmat-Nya lah kita semua dapat menghadiri sholat jum`at pada siang kali tidak lupa pula kita bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat dan kepada semua pengikutnya, mudahan dengan bacaan sholawat ini kita termasuk umat-umat yang kelak mendapat syafa`at beliau di hari akhir nanti. Amin ya rabbal a` berwasiat kepada pribadi saya sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita terus berusaha meningkatkan takwa kita kepada Allah dengan mematuhi semua perintah dan menjauhi aneka macam jamaah jumuah rahimakumullahPada khutbah ini, khotib mengangkat tema tentang sikap menghargai perbedaan di momen pilkada dan pentingnya menjaga persatuan kesatuan bangsa. sebagai sebuah negara, indonesia merupakan negara yang beragam Ragam agamanya, ragam warna kulitnya, ragam bahasanya, ragam adat serta budaya. apalagi pada ini kita akan melaksanakan pesta demokrasi melalui pilkada, tentunya berbeda pilihan satu sama lain. Keragaman tersebut merupakan bagian dari sunnatullah yang tidak bisa kita elakkan dalam hidup ini. Dalam konteks kebangsaan, keberadaan masyarakat yang multi ragam adalah karunia terindah bagi bangsa Indonesia dari Allah SWT, dan harus kita rawat bersama, demi keutuhan bangsa yang bernama Indonesia ini, agar benar-benar menjadi bangsa yang baik dan masyarakat yang mendapatkan ampunan-Nya atau dengan kata lain Baldatun Thoyyibatun wa rabbun Islam keberadaan masyarakat yang multi ragam tersebut bertujuan, agar manusia ciptaan-Nya mau saling kenal mengenal dan saling harga menghargai antara komunitas masyarakat yang satu dengan komunitas masyarakat hal ini Allah menegaskan di salah satu firmanNya dalam QS. Al-Hujarat ayat أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَا كُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَ أُنْثَى وَ جَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبا وَقَبَا ءِىلَ لِتَعَا رَفُوْا. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَا كُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.’Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan telah kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya terjadi saling kenal mengenal di antara kalian. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui juga maha mengenal’’ QS. Al-Hujarat 13.ini menegaskan bahwa, perbedaan yang ada di masyarakat adalah ketentuan allah, tugas kita sebagai hamba-Nya adalah menjaga keragaman tersebut. Sebagai umat Islam, kita diharapkan bisa menjadi perekat di antara keragaman yang konteks keragaman agama misalnya, umat Islam yang menghargai keragaman berarti telah memberikan rasa aman dan rasa keselamatan bagi komunitas yang berbeda agama masa pemilu seperti sekarang ini. Semua warga negara berhak menentukan pilihannya. Tidak boleh ada yang memaksa pilihan saudaranya sendiri. Kita berhak memilih siapa capres cawapres, bupati, camat, kepala desa anggota DPR, DPRD maupun DPD yang kita anggap mampu dan bisa mengemban amanah paling baik di antara calon yang lain. Dalam memilih, marilah kita kembalikan kepada akal sehat kita masing-masing dan sesuai hati nurani. setiap warga negara yang sudah cukup umur dipersilahkan menggunakan haknya untuk memilih calon yang dirasa baik . Hal ini dilindungi oleh merupakan hal yang paling mendasar dan krusial dalam hidup ini. Meski begitu, Allah tetap tidak memperbolehkan kita memaksa orang lain yang tidak seakidah dengan kita untuk kemudian kita paksa supaya sama dengan kita. Apalagi sekedar pilihan إِكۡرَاهَ فِى ٱلدِّينِArtinya “Tidak ada paksaan dalam beragama.” QS Al Baqarah 256Atau dengan istilah lain tidak ada agama dalam keterpaksaan’.Dalam ayat lain, sebagaimana yang masyhur kita kenal, yaitu لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِىَ دِينِ Artinya “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” QS Al-Kâfirunmengenai pilihan, maupun dukungan yang dambil. Setiap golongan puas bangga dg apa yg ada pada mereka. Kecenderungan alamiah حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَnamun yang tidak boleh adalah memaksa pilihan politik, kita juga dilarang menghujat, membully maupun menghina, menfitnah dan lain sebagai yang bisa membuat terjadinya konflik serta menggangu kesatuan di momentum pemilu ini kita bisa mendapatkan pemimpin yang adil yang mampu membawa bangsa benar-benar menjadi bangsa yang baik dan masyarakat yang mendapatkan ampunan-Nya atau dengan kata lain Baldatun Thoyyibatun wa rabbun بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنَا وَاِيَّاكُمْ بِالْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُاَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله وَاعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ الله تعالى فى القران الكريم اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى سيدنا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ سيدنا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
KHUTBAHJUMAT EDISI, 25 SEPTEMBER 2020 SENYUM ITU INDAH. KHUTBAH JUMAT EDISI, 25 SEPTEMBER 2020 SENYUM ITU INDAH. 24/09/2020. Facebook. Twitter. saling menghormati, saling menghargai dan saling menyemangati. Kalau diantara saudara kita ada yang dalam kesedihan, masalah dan musibah, mari kita hibur, kita beri solusi dan nasehat terbaik, agar
Khutbah Jumat berikut ini menjelaskan beberapa contoh toleransi sederhana yang sering kita lupaKhutbah Pertamaالْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللُّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ،فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ أيضًا لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَMaasyiral Muslimin rahimakumullahSetiap manusia dibekali akal dan kecerdasan yang luar biasa sehingga mampu mengalahkan makhluk yang lain. Nikmat ini bertujuan agar ia mampu merespon, mengarahkan dirinya untuk memilih sesuatu yang menjadi pilihan hidupnya terutama dalam menyikapi perbedaan pemahaman, bahkan perbedaan penting yang harus dikedepankan adalah menjunjung tinggi rasa saling menghargai satu dengan yang lainnya. Umat islam dilarang mencela agama yang lain. Begitu juga agama lain tak boleh mencampuri urusan umat dalam Surat al-An’am 108 yang berbunyiوَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونArtinya “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya mengutip pendapat Imam Qatadah yang mengkisahkan bahwa orang muslim awal-awal Islam mencela berhala orang non muslim, kemudian mereka berbalik mencela kepada Allah sebagai bentuk permusuhan, perlawanan tanpa didasari ilmu tentang menurut Syeh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid menjelaskan bahwa Ayat ini melarang keras mencela berhala atau sesembahan apapun karena pada hakikatnya kita malah mencela Allah sebagai Tuhan manusia sendiri karena hal itu sebagai sebab mereka mencela Tuhan Ayat ini Allah SWT melarang kepada Umat Islam untuk tidak mencela sesembahan non Muslim karena akan berdampak negatif yang akan ditimbulkan yaitu mereka akan mencela balik kepada Allah sebagau Tuhan Umat ayat tersebut ada dua hal yang saling bertentangan yaitu ada kebaikan Maslahah yang berdampak positif juga ada dampak negatifnya Mafsadat, namun setelah dikaji secara mendalam dampak negatifnya lebih dominan daripada dampak positifnya maka mencegah hal buruk negatif tersebut harus dikedepankan daripada mengambil larangan mencela kepada sesembahan non muslim harus didahulukan agar tak saling mencela satu dan yang lainnya terutama untuk menjaga toleransi Umat beragama seperti di Negara Muslimin rahimakumullahAda sebuah kaidah yang berbunyiالطَّاعَةُ إِذَا أَدَّتْ إِلَى مَعْصِيَةٍ رَاجِحَةٍ وُجِبَ تَرْكُهَا فَإِنَّ مَا يُؤَدِّي إِلى الشَّرِّ شَرٌّّSebuah ketaatan bila sampai mendatangkan kemaksiatan yang nyata maka wajib ditinggalkan, karena sesuatu yang mengarah kepada hal negatif atau kejahatan, maka dari itu setiap pemeluk agama apapun harus menjaga toleransi dengan tidak mencela bahkan menghina pemeluk agama lain, terutama pada saat menjelang Pilkada, Pilpres isu-isu SARA Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan masih sering sampai perbedaan keyakinan, pilihan menjadikan hubungan sesama manusia kurang harmonis, misalnya bila terjadi kecelakaan dijalan, lantas keinginan menolong korban ditanggalkan cuma gara-gara beda keyakinan, sungguh Muslimin rahimakumullahPada prinsipnya, Allah tak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada siapapun terutama kepada orang yang berbeda keyakinan bahkan Allah mengedepankan sifat rahman pengasih kepada semua makhluknya daripada sifat rahim penyayang yang khusus kepada orang mukmin hal ini, Allah berfirmanلَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَArtinyaAllah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. QS. Al Mumtahanah 8Ajaran Islam mengajarkan kebaikan kepada siapapun, bahkan dengan orang nonmuslim sekaligus. Dalam hubungan muamalah, Islam tak membatasi umatnya untuk bergaul dengan siapapun walau yang berbeda keyakinan, berbeda suku, ras dan warna Muhammad sebagai panutan umat Islam mengajarkan akhlak yang mulia kepada orang lain. Dalam sebuah hadis, Nabi menjenguk orang nonmuslim yang sedang sakit, berikut bunyi Hadistnyaعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَسْلِمْ فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِArtinya Diriwayatkan dari Anas RA berkata Ada seorang anak Yahudi yang melayani Nabi. Ketika ia sakit, Nabi mendatanginya untuk menjenguk, Kemudian Nabi duduk didekat kepalanya dan menasehatinya Masuk Islamlah. Lantas sang anak memandang Ayahnya yang ada didekatnya. Ayahnya berkata “Ikutilah Abal Qasim. Kemudian sang anak masuk Islam, lantas Nabi keluar dan berkata; Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka. HR. Al-Bukhari.Dalam Fatawa Dar Al-Ifta’ Al-Misriyyah dijelaskan bahwa tak ada larangan menjenguk orang non-muslim yang sedang sakit seperti tetangganya ataupun orang tuanya sendiri, karena berbuat baik kepada orang tua wajib hukumnya walau berbeda keyakinan dalam hal yang tak bertentangan dengan ajaran agama atau mengarah kepada sini dapat dipahami bahwa menjenguk orang non-muslim yang sakit diperbolehkan bahkan sebagai prilaku orang Islam harus baik kepada orang lain walau yang berbeda keyakinan terutama orang tuanya اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُKhutbah Keduaاَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُفَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْBaca juga teks Khutbah Jumat yang lain di sini.
Jikaterbentuk tatanan sosial kemasyarakatan yang saling menghargai, saling menjaga, tidak menaruh curiga kepada tetangga, tidak mencuri dengar maupun curi pandang, selalu berupaya berbaik sangka dan menepis hal-hal yang bisa merusak kerukunan, maka ketentraman mana lagi yang patut disyukuri? Khutbah Jumat Permata itu Bernama Tetangga
Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan tentang perbedaan umat manusia dan perbedaan pendapat di lingkungan ulama. Naskah khutbah ini mengingatkan kita semua untuk bersikap bijak dalam merespons perbedaan tersebut. Simak Khutbah Jumat ini! اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ اِذَا جَاءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Allah SWT menciptakan dunia ini dengan penuh keragaman dan perbedaan. Manusia dilahirkan dalam bentuk yang berbeda-beda, baik jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, dan lain-lain. Semua perbedaan ini adalah bagian dari rahmat Tuhan yang harus diterima dan disyukuri. Bayangkan bila semua makhluk Tuhan itu sama. Semua makhluk hidup laki-laki, tidak ada yang perempuan. Dunia tidak akan terasa indah dan pasti membosankan. Justru dengan adanya perbedaan itu dunia menjadi indah. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ Artinya, “Wahai manusia, sungguh Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. Sungguh Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” Surat Al-Hujurat ayat 13. Dalam ayat lain, Surat Hud, Allah SWT berfirman وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً “Artinya Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikanmu manusia umat yang satu…..” Perbedaan yang ada di dunia ini adalah bagian dari kehendak Tuhan. Pasti ada tujuannya mengapa makhluk hidup diciptakan berbeda-beda. Di antara tujuannya adalah saling mengenal antara satu sama lainnya. Perbedaan di sini tidak hanya sebatas perbedaan fisik, tetapi juga perbedaan pemikiran. Antara satu manusia dan manusia lainnya terkadang punya pemikiran yang berbeda-beda, termasuk dalam memahami agama. Perbedaan itu disebabkan oleh banyak faktor, bisa jadi karena pendidikan, tempat tinggal, perbedaan sumber bacaan, dan lain-lain. Perbedaan pemahaman dalam agama pun merupakan sesuatu yang sangat biasa di dalam Islam dan tidak perlu dipusingkan, apalagi dijadikan permasalahan. Rasulullah, semasa hidupnya, tidak mengingkari adanya perbedaan para sahabat dalam memahami apa yang dikatakannya. Malahan, Rasulullah kerapkali membenarkan dua pendapat yang berbeda-beda, selama tidak bertentangan dengan syariat. Dalam sebuah riwayat yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah pernah mengutus beberapa orang sahabat berkunjung ke perkampungan Bani Quraizhah. Sebelum berangkat, Rasul berpesan, “Kalian jangan shalat ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah.” Tidak ada satupun sahabat yang bertanya mengenai maksud dari pernyataan Rasulullah ini. Semuanya tampak sudah memahami apa yang dikehendaki Rasulullah. Di pertengahan jalan, waktu ashar sudah masuk. Salah seorang sahabat mengusulkan agar shalat terlebih dahulu. Khawatir kalau perjalanan dilanjutkan waktu shalat habis. Sementara sahabat yang lain menolak usulan itu. Alasannya, Rasul memerintahkan shalat di perkampungan Bani Quraizhah. Meskipun waktu shalat ashar habis. Kedua belah pihak dari rombongan sahabat ini bersiteguh dengan keyakinannnya masing-masing dan tidak ada yang mengalah. Sahabat yang ingin mengerjakan shalat ashar di jalan memahami pesan Nabi secara substansial atau kontekstual. Sementara sahabat yang lain memahaminya secara literal dan tekstual. Dua sudut pandang ini tentu melahirkan dampak dan implikasi yang berbeda. Kalau perintah Nabi di atas dipahami secara kontekstual, maksudnya adalah Nabi memerintahkan agar sahabat yang diutus segera sampai di tempat yang dituju sebelum waktu shalat asar selesai. Artinya, kalau pun tidak sesuai harapan, ketika waktu shalat sudah masuk di tengah perjalanan, tetap diwajibkan shalat saat itu. Namun sahabat yang memahami secara literal berpandangan bahwa Nabi memerintahkan shalat asar di perkampungan Bani Quraizhah dan tidak boleh dilakukan di tengah perjalanan, sekalipun waktu shalat sudah masuk. Dikarenakan tidak ada titik temu, kedua belah pihak akhirnya mengadu kepada Rasul. Setelah mendengar penjelasan mereka, Rasul membenarkan keduanya dan tidak menyalahkan salah satunya. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Kalau di masa Nabi saja perbedaan pemahaman terhadap apa yang dikatakan Rasulullah sudah terjadi, apalagi setelah Rasulullah wafat. Pada masa sahabat misalnya, perbedaan pendapat di kalangan sahabat juga sering terjadi. Misalnya, dalam hadits riwayat Muslim disebutkan, Abdullah bin Umar menyatakan bahwa Rasulullah berkata, ’Mayat akan diazab dalam kubur lantaran tangisan keluarganya”. Pernyataan ini kemudian dikritik oleh Aisyah, istri Rasulullah, karena apa yang disampaikan Abdullah bin Umar ini sekilas bertentangan dengan Al-Qur’an. Dalam surat al-An’am ayat 164, Allah SWT berfirman, “Seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain.” Menurut Aisyah, hadits tentang mayat diazab karena tangisan keluarganya itu memiliki konteks dan latar belakang. Hadits itu disampaikan ketika Rasulullah melihat jenazah orang Yahudi yang sedang ditangisi keluarganya. Rasulullah bersabda, “Mereka menangisinya, sementara dia diadzab di dalam kuburnya.” HR Bukhari. Mayat tersebut diadzab bukan karena tangisan keluarganya, melainkan karena kekafirannya. Kedua sahabat ini sama-sama mendengar dari Rasulullah. Hanya saja, Abdullah bin Umar tidak menyebutkan konteks haditsnya. Sementara Aisyah lebih mengetahui konteksnya. Meskipun sama-sama berasal dari Rasulullah, pemahaman akan berbeda bila sebuah hadits dipahami secara utuh dengan pemahaman yang tidak memahami secara utuh dan tidak melihat konteksnya. Masalahnya, tidak semua hadits di dalam kitab hadits yang sampai pada kita menyebutkan konteksnya. Sehingga, memahami hadits perlu merujuk pada penjelasan ulama yang otoritatif, supaya tidak tergelincir pada salah pemahaman. Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah Masa Nabi terjadi perbedaan, di masa sahabat juga demikian, apalagi di masa kita. Saat ini ada banyak pandangan dan pemikiran di sekitar kita. Ada banyak mazhab dan aliran. Terkadang kita bingung untuk memilih pada yang harus diikuti. Prinsipnya, kita harus mengakui bahwa ada keragaman pendapat di dalam Islam. Kita tidak perlu memusingkan ataupun menolak keragaman pendapat itu. Abdul Wahhab al-Sya’rani dalam Mizanul Kubra mengatakan فإن الشريعة كالشجرة العظيمة المنتشرة وأقوال علمائها كالفروع والأغصان، فلا يوجد لنا فرع من غير أصل، ولا ثمرة من غير غصن، كما لا يوجد أبنية من غير جدران Artinya “Syariat itu seperti pohon besar yang bercabang-cabang. Perkataan ulama seperti cabang dan rantingnya. Tidak ada cabang tanpa akar/asal. Tidak ada buah tanpa bersandar pada ranting. Sebagaimana halnya tidak ada bangunan tanpa dinding..” Maksudnya, setiap pendapat ulama pasti mengacu pada dalil di dalam syariat. Tidak mungkin seorang ulama menyampaikan pendapat tanpa merujuk pada dalil Al-Qur’an dan hadits. Makanya, ketika melihat perbedaan pendapat, yang perlu diperhatikan adalah alasannya. Karena tidak mungkin ulama yang menyampaikan pendapat asal ngomong dan tidak punya alasan. Al-Sya’rani menambahkan لايسمى أحمد عالما إلا أن بحث عن منازع أقوال العلماء، وعرف من أين أخذوها من الكتاب والسنة، لا من ردها بطريق الجهل والعدوان Artinya, “Tidak dinamakan Ahmad sebagai orang alim kecuali dia menelusuri perbedaan pendapat ulama dan mengerti dari mana sumbernya, baik dari Al-Qur’an maupun hadits, dan tidak menolaknya dengan cara bodoh ataupun menentang.” Orang yang alim itu justru adalah orang yang mengerti perbedaan pendapat ulama beserta alasan mereka berbeda. Sementara orang yang bodoh adalah orang yang menolak dan menentang perbedaan pendapat yang memiliki rujukan terhadap Al-Qur’an dan hadits. Perbedaan pendapat di dalam Islam ditoleransi selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits. Dalam kaidah fiqih disebutkan لا ينكر المختلف فيه وإنما ينكر المجمع عليه Artinya, "Tidak boleh mengingkari perkara yang masih diperdebatkan, tetapi yang harus diingkari adalah perkara yang sudah disepakati.” Karenanya, sebagai muslim, kita harus bijak dalam melihat perbedaan, termasuk perbedaan pendapat dalam memahami agama. Jangan suka menyalahkan orang yang berbeda pendapat dengan apa yang kita pahami. Tanya dulu alasan dan argumentasinya. Karena bisa jadi pendapat yang berbeda itu juga punya rujukannya di dalam Islam. Khutbah II الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Ustadz Hengki Ferdiansyah, pegiat kajian hadits dan fiqih, tinggal di Jakarta. Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI
SeriKhutbah Jum'at Ikatan Da'i Indonesia (IKADI) Wilayah DIY. Edisi38, Jum'at 30 September 2016 . RAHASIA KEBERKAHAN UMUR MANUSIA. .Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran."(QS. al-'Ashr 1-3).
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَنَا شُعُوْبًا وَّقَبَائِلَ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَوْئِلُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ جَاءَ بِهِ الرَّسَائِلُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَ اَصْحَابِهِاَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِوَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا ۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ. Jamaah Jumat yang berbahagia, Segala puji milik Allah swt, yang telah menciptakan bumi berserta isinya yang beragam, berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan beragam budaya, bahasa, hingga agama. Shalawat dan salam, kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, serta kita semua sebagai umatnya. Di hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian, juga terhadap khatib sendiri, untuk dapat menumbuhkan ketakwaan kita kepada Allah swt, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jamaah Jumat Rahimakumullah Sikap saling menghargai di atas berbagai macam perbedaan yang melekat dalam diri masing-masing, adalah salah satu perintah-Nya yang harus kita jalankan dengan sepenuh jiwa. Memang, kita diciptakan dengan beragam perbedaan, mulai dari bangsa, suku, bahasa, hingga agama. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita hindari. Hal ini memang menyimpan potensi konflik yang cukup besar. Karenanya, negeri ini yang sejak dahulu sudah sedemikian plural, sudah diingatkan agar tetap menjaga keutuhannya dengan sebuah adagium, Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Adagium yang dicetuskan oleh Mpu Tantular dalam kitabnya, Sutasoma, dijadikan sebagai salah satu dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Jamaah Jumat yang berbahagia, Adagium tersebut dapat kita wujudkan dengan sikap penghargaan terhadap siapa saja, sekali pun berbeda dalam banyak hal. Perbedaan suku, misalnya, tidak menghalangi kita untuk tetap menjalin sinergi. Meskipun berbeda suku, jangan sampai menjadi penyebab terputusnya kerja sama. Hatta perbedaan agama juga tidak boleh dijadikan sebagai alasan, untuk tidak menjalani kehidupan sosial bersama-sama. Apalagi sampai membenci dan mencaci maki atas nama perbedaan itu. Sebab, Allah swt melarang perilaku demikian. Sebagaimana ditegaskan-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 108. وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا ۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Artinya Janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan, QS. Al-An’am 108. Dari ayat tersebut, jelas kita tidak boleh untuk mencaci maki orang lain hanya karena berbeda. Berbeda tidak berarti kita dibolehkan untuk memperlakukan mereka sewenang-wenang. Kita harus tetap menjaga diri pada koridor etika universal. Lagi pula, perilaku demikian itu kontraproduktif. Pencaci pun tidak mendapat untung, sedangkan yang dicaci justru tersakiti karena ucapan-ucapannya. Menyakiti atau membuat orang lain rugi, tentu tidak dibenarkan di dalam agama. Jamaah Jumat Rahimakumullah Sikap demikian, dicontohkan secara langsung oleh Sunan Kudus. Untuk menjaga perasaan saudara-saudara beragama Hindu yang menganggap suci sapi, maka umat Muslim tidak berkurban hewan tersebut. Sunan Kudus menggantinya dengan kerbau. Kebijakan ini semata untuk menghormati kepercayaan mereka. Dengan begitu, mereka tetap menjalani hidup nyaman berdampingan dengan umat Muslim. Inilah sikap toleran yang harus diteladani betul. Sebab, hal tersebut juga sejalan dengan hadis Rasulullah saw. أَحَبُّ الدِّينِ إلى الله الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ Artinya Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang lurus lagi toleran. Jamaah Jumat yang berbahagia, Oleh karena itu, kita harus dapat menghargai segala macam perbedaan yang mewarnai kehidupan kita. Keseragaman justru tak nikmat untuk dipandang, sedangkan pelangi menjadi indah karena berwarna-warni, dan perbedaan umat adalah sebuah rahmat. Dengan demikian, insyaallah kita bakal mendapat banyak keuntungan. Selain kehidupan yang nyaman dan aman, penghargaan atas perbedaan juga dapat mewarnai kebahagiaan hidup kita bersama-sama. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Naskahkhutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak untuk mengisi hari Asyura dengan dengan anjuran-anjuran Nabi Muhammad saw. Dengan ini diharapkan kita semua dapat memaksimalkan hari Asyura dengan memperbanyak ibadah. Khutbah Jumat: Pentingnya Menghargai Waktu. 4. Khutbah Jumat: Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. 5. Khutbah Jumat
Perbedaan adalah niscaya dan perbedaan adalah rahmat. Kita sebagai hamba Allah yang diciptakan dengan kecerdasan akal, sehingga diberkahi untuk berpikir jernih dan bisa mengelola konflik keberagaman. Hal itu penting agar tatanan dunia yang ditakdirkan beragam berjalan dengan semestinya dan harmonis. Naskah khutbah Jumat kali berjudul “Merawat Keberagaman Adalah Perintah Allah”, sebagaimana dilansir dari NU Online. Khutbah ini mengajak kepada khalayak untuk mengingat kembali perihal pentingnya sikap saling menghargai perbedaan. Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَنَا شُعُوْبًا وَّقَبَائِلَ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَوْئِلُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ جَاءَ بِهِ الرَّسَائِلُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَ اَصْحَابِهِاَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِوَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا ۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ. Jamaah Jumat yang berbahagia, Segala puji milik Allah swt, yang telah menciptakan bumi berserta isinya yang beragam, berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan beragam budaya, bahasa, hingga agama. Shalawat dan salam, kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, serta kita semua sebagai umatnya. Di hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian, juga terhadap khatib sendiri, untuk dapat menumbuhkan ketakwaan kita kepada Allah swt, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jamaah Jumat Rahimakumullah Sikap saling menghargai di atas berbagai macam perbedaan yang melekat dalam diri masing-masing, adalah salah satu perintah-Nya yang harus kita jalankan dengan sepenuh jiwa. Memang, kita diciptakan dengan beragam perbedaan, mulai dari bangsa, suku, bahasa, hingga agama. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita hindari. Hal ini memang menyimpan potensi konflik yang cukup besar. Karenanya, negeri ini yang sejak dahulu sudah sedemikian plural, sudah diingatkan agar tetap menjaga keutuhannya dengan sebuah adagium, Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Adagium yang dicetuskan oleh Mpu Tantular dalam kitabnya, Sutasoma, dijadikan sebagai salah satu dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Jamaah Jumat yang berbahagia, Adagium tersebut dapat kita wujudkan dengan sikap penghargaan terhadap siapa saja, sekali pun berbeda dalam banyak hal. Perbedaan suku, misalnya, tidak menghalangi kita untuk tetap menjalin sinergi. Meskipun berbeda suku, jangan sampai menjadi penyebab terputusnya kerja sama. Hatta perbedaan agama juga tidak boleh dijadikan sebagai alasan, untuk tidak menjalani kehidupan sosial bersama-sama. Apalagi sampai membenci dan mencaci maki atas nama perbedaan itu. Sebab, Allah swt melarang perilaku demikian. Sebagaimana ditegaskan-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 108. وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا ۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Artinya Janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan, QS. Al-An’am 108. Dari ayat tersebut, jelas kita tidak boleh untuk mencaci maki orang lain hanya karena berbeda. Berbeda tidak berarti kita dibolehkan untuk memperlakukan mereka sewenang-wenang. Kita harus tetap menjaga diri pada koridor etika universal. Lagi pula, perilaku demikian itu kontraproduktif. Pencaci pun tidak mendapat untung, sedangkan yang dicaci justru tersakiti karena ucapan-ucapannya. Menyakiti atau membuat orang lain rugi, tentu tidak dibenarkan di dalam agama. Jamaah Jumat Rahimakumullah Sikap demikian, dicontohkan secara langsung oleh Sunan Kudus. Untuk menjaga perasaan saudara-saudara beragama Hindu yang menganggap suci sapi, maka umat Muslim tidak berkurban hewan tersebut. Sunan Kudus menggantinya dengan kerbau. Kebijakan ini semata untuk menghormati kepercayaan mereka. Dengan begitu, mereka tetap menjalani hidup nyaman berdampingan dengan umat Muslim. Inilah sikap toleran yang harus diteladani betul. Sebab, hal tersebut juga sejalan dengan hadis Rasulullah saw. أَحَبُّ الدِّينِ إلى الله الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ Artinya Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang lurus lagi toleran. Jamaah Jumat yang berbahagia, Oleh karena itu, kita harus dapat menghargai segala macam perbedaan yang mewarnai kehidupan kita. Keseragaman justru tak nikmat untuk dipandang, sedangkan pelangi menjadi indah karena berwarna-warni, dan perbedaan umat adalah sebuah rahmat. Dengan demikian, insyaallah kita bakal mendapat banyak keuntungan. Selain kehidupan yang nyaman dan aman, penghargaan atas perbedaan juga dapat mewarnai kebahagiaan hidup kita bersama-sama. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَااِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
. 32e2z7s577.pages.dev/23632e2z7s577.pages.dev/27332e2z7s577.pages.dev/17732e2z7s577.pages.dev/33232e2z7s577.pages.dev/42932e2z7s577.pages.dev/47832e2z7s577.pages.dev/18032e2z7s577.pages.dev/127
khutbah jumat saling menghargai